Mekanisme Transmisi Tingkat Bunga 1
Mekanisme suku bunga akan
mempengaruhi terhadap individu dan
perusahaan.
·
Bagi Individu
Apabila
suku bunga di bank rendah maka individu akan meminjam pinjaman uang ke bank
baik secara credit ataupun secara Loans ( Jangka Panjang ). Dan uang yang
individu dapatkan akan di gunakan untuk berkonsumsi.
·
Bagi Perusahaan
Apabila suku
bunga di bank rendah maka perusahaan akan meminjam uang secara jangka panjang
untuk berinvestasi. Baik perusahaan tersebut membuka aplikasi pinjaman yang
baru atau pun menambah pinjaman yang sebelumnya. Misalnya perusahaan awalnya
meminjam uang sebersar Rp. 30.000.000,- akan tetapi jika ia menambah pinjaman
uangnya tersebut menjadi Rp. 45.000.000,-
maka sebagian uang yang baru ia pinjam dari bank tersebut, akan mengeluarkan
biaya untuk membayar margin dan membayar upah tenaga kerja. kemudian upah tenaga kerja tersebut di
gunakan untuk berkonsumsi kembali. Akan tetapi, perusahaan tersebut dapat
memperoleh pinjaman dari pasar modal. Kapan perusahaan ke Pasar Modal ? perusahaan dapat juga mencari dana dengan
menjual saham dan obligasi serta mendapatkan deviden dan diskonto. Akan tetapi
jika perusahaan tersebut memperoleh pinjaman uang dari bank, maka perusahaan tersebut
wajib membayar bunga pinjaman.
Mekanisme Transmisi Tingkat Bunga 2
Tingkat bunga mempengaruhi hutang jangka
pajang (mortgages) yang ada sehingga pendapatan yang siap untuk dibelanjakan
dan selanjutnya akan dikonsumsi.
Tingkat bunga mempengaruhi hutang jangka
panjang (mortgages) yang ada akan berpengaruh terhadap modal properti yang
selanjutnya akan dikonsumsi.
Tingkat bunga mempengaruhi hutang jangka
panjang (hipotik) yang ada sehingga akan timbul hipotik yang baru yang
berpengaruh terhadap permintaan new housing yang kemudian akan di investasikan.
Tingkat bunga akan berpengaruh terhadap
tabungan. Jika tingkat bunga di bank tinggi, maka tabungan individu tersebut
akan meningkat dan sebaliknya apabila tingkat bunga di bank rendah, maka
tabungan individu tersebut akan menurun.
Uang yang ditabung oleh individu yang
kemudian akan dkonsumsi
Hutang jangka panjang adalah kewajiban kepada pihak
tertentu yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu periode
akuntansi (1 tahun) dihitung dari tanggal pembuatan neraca per 31 Desember.
Hutang jangka panjang mempunyai kaitan dengan struktur modal. Apabila
perusahaan meminjam dana dan mengembalikannya dalam jangka waktu yang relatif
lama maka pinjaman/ hutang tersebut akan menjadi bagian dari struktur modal
perusahaan. Hutang jangka panjang juga terbentuk akibat diperpanjangnya
pinjaman/ hutang jangka pendek maupun hutang jangka menengah, hal itu dilihat
atas dasar waktu pembayaran hutang tersebut.
Jenis hutang jangka panjang
.Secara garis besar hutang jangka panjang digolongkan
pada dua golongan yaitu :
Hutang Hipotik : Hutang yang timbul berkaitan dengan
perolehan dana dari pinjaman yang dijaminkan dengan harta tetap. Dalam
penjanjian disebutkan harta peminjam yang dijadikan jaminan berupa tanah atau
gedung.
.Hutang Obligasi : Hutang yang timbul berkaitan dengan
dana yang diperoleh melalui pengeluaran surat-surat obligasi. Pembeli obligasi
disebut pemegang obligasi. Dalam surat obligasi dicantumkan nilai nominal
obligasi, bunga pertahun, tanggal pelunasan obligasi dan ketentuan lain sesuai
jenis obligasi tersebut.
Namun Secara Umum ada Beberapa lagi Jenis-jenis dari
hutang jangka panjang, yaitu :
.Hutang Hipotik & Hutang Obligasi
Utang Wesel jangka Panjang : Indikator ini mirip
dengan Obligasi, keduanya mempunyai tanggal jatuh tempo (lebih dari 1 tahun dan
tingkat bunga secara impilsit yang telah ditentukan). Perbedaanya jika di
bandingkan dengan obilgasi adalah wesel tidak dapat di perdagangkan di bursa
efek, dan juga akuntansi untuk wesel itu sendiri juga berbeda dengan obligasi.
Utang wesel jangka panjang dinilai sebesar nilai sekarang aliran kas dimasa
yang akan datang. Premium dan diskon yang timbul harus diamortisasi selama umur
wesel.
Mekanisme
Transmisi Suku Bunga 3
Jalur nilai tukar
berpandangan bahwa pergerakan nilai tukar paling berpengaruh bagi perekonomian
khususnya perekonomian terbuka dengan sistem nilai tukar fleksibel. Perubahan
suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini
sering disebut jalur nilai tukar.
Kenaikan BI Rate,
sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia
dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga
tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam
instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan
mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal
masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah.
Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor
kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan
mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya Ekspor Neto ini akan
berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.
Selisih
suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam
instrument-instrument keuangan di
Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang
lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong
apresiasi nilai tukar rupiah. Apresiasi rupiah mengakibatkan harga barang impor
lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau
kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya
net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan
perekonomian.
Transmisi
perubahan nilai tukar rupiah ke inflasi dapat melalui dua saluran. Pertama, melemahnya
nilai tukar rupiah akan menaikkan biaya produksi yang memakai barang impor sehingga
menaikkan harga. Tekanan harga ini akan diperburuk jika para buruh melakukan desakan
kenaikan upah nominal dalam rangka mempertahankan upah rillnya. Kedua, harga nontradable
goods yang relatif murah dibandingkan harga tradable goods sehingga
meningkatkan harga domestik. Kenaikan harga ini akan dipacu lagi jika suku
bunga relative rendah. Sasaran akhir dari pengendalian moneter dalam sisten
nilai tukar fleksibel adalah inflasi. Jenis inflasi
Jalur efek Nilai Tukar (exchange rate
effect)
Pertumbuhan
ekonomi internasional dan nilai tukar fleksibel telah meningkatkan peranan kebijakan
moneter internasional dalam penentuan nilai tukar mata uang suatu negara.
Ekspansi moneter pada awalnya akan menurunkan tingkat bunga riil domestik dan
kemudian mengakibatkan deposit mata uang luar negeri naik. Peningkatkan nilai
deposit mata uang luar negeri terhadap deposit mata uang domestik akan
mengakibatkan apresiasi nilai tukar mata uang luar negeri dan depresiasi nilai
tukar matauang domestik. Depresiasi nilai tukar mata uang domestik
mengakibatkan harga relatif produk atau ekspor lebih murah sehingga ekspor
netto naik, dan akhirnya meningkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi
efek nilai tukar Mata uang dirumuskan sebagai berikut:
Pengaruh nilai tukar pada harga pada
first round effect - yaitu dari nilai tukar ke harga impor - relatif kuat dan
signifikan, namun pada second round effect-nya ke harga konsumen lebih
terbatas. Pengaruh nilai tukar ke ekspor dan impor hanya signifikan di jangka
pendek dengan pengaruh yang lebih signifikan ke impor. Ekspor dan impor
selanjutnya berpengaruh terhadap output perekonomian. Selain itu dampak
asimetrik nilai tukar juga terjadi di dalam perekonomian. Dampak depresiasi
nilai tukar lebih besar dibandingkan dampak apresiasi terutama dampak langsung
terhadap ekspor dan impor. Perbedaan ini menimbulkan akumulasi dampak terhadap
perekonomian yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar